SEJARAH BERDIRINYA NU

Secara formal NU lahir pada Tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan Tanggal 31 Januari 1926 M di Surabaya. Namun pada hakekatnya ajaran yang dianut dan diperjuangkan oleh  NU ini telah bersamaan dengan masuknya agama Islam di Indonesia.
Jika KH. Hasyim Asy’ari dikatakan sebagai pendiri NU, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah sebagai orang yang mewujudkan gerakan tersebut menjadi suatu organisasi. Sepulang dari belajar di Makkah, KH. Abdul Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathon (1916)  di Surabaya. Organisasi ini bergerak pada bidang kepemudaan  dan pada tahun 1924 di Surabaya sedang bergejolak perjuangan politik melawan Belanda, disamping iti disana sini sedang membaranya masalah khilafiyah dikalangan umat. KH. Abdul Wahab Hasbullah sering terlibat dalam perdebatan sengit dengan ulama islam yang terkenal pada waktu itu untuk mencapai titik penyelesaiannya.
Sehubungan dengan pergolakan di Arab Saudi, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah membentuk komite Hijaz yang merupakan delegasi untuk menghadap Raja Ibnu Sa’ud guna membicarakan masalah tersebut. Komite Hijaz inilah yang mengilhami berdirinya NU karena pertemuan yang diadakan pada tanggal 16 Rajab 1344 itu  memutuskan dua macam keputusan :
1.    Mengirim utusan ulama Indonesia ke Kongres dunia islam dengan memperjuangkan hukum ibadah berdasarkan madzhab empat.
2.    membentuk organisasi (Jam’iyyah) yang akan mengirimkan utusan tersebut atas usul KH. Alwi Abdul Azis yang diberi nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Adapun nama ulama yang hadir pada waktu itu antara lain :
1. KH. Hasyim Asy’ari                                      : Jombang.
2. KH. Bisyri Samsyuri                                     : Jombang.
3. KH. Ridlwan                                                  : Semarang.
4. KH. Abdul Wahab Hasbullah                       : Surabaya.
5. KH. Nahrowi                                                  : Malang.
6. KH. Raden Asnawi                                       : Kudus.
7. KH. Raden Hambali                                     : Kudus.
8. KH. Nawawi                                                  : Pasuruan.
9. KH. Kholil                                                      : Bangkalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar